Penduduk Indonesia yang "Kritis"

Saat ada sebuah kejadian yang menggemparkan, Indonesia menjadi salah satu perespon tercepat di Dunia Maya.
Seperti contoh: 13 November 2015 Paris mengalami serangkaian serangan Teroris. Indonesia sangat cepat merespon kejadian ini terutama para Netizen. Beramai-ramai para pengguna Facebook​ dan Twitter mengganti Profile Picture mereka dengan backround bendera Prancis (Saya salah satunya).

Lalu sebagian orang Indonesia yang tidak mengganti Profile Picture nya mulai menunjukkan sisi "kritis"nya dan memunculkan beberapa pernyataan.
Ini pernyataan para Pejuang Netizen:
"Prancis yang baru sekali diserang Teroris dengan korban 150an orang aja langsung heboh, tapi saat Palestina dan Suriah yang sudah ratusan kali diserang dengan korban jutaan semuanya pada diam saja"
Dan ini pernyataan para Nasionalis Netizen:
"Sok pada ganti-ganti PP jadi bendera Prancis, jangan lupa sebagian negara kita masih tertutup asap. Jangan sok peduli deh"

-LOL-
Ini adalah cerminan "kritis"nya Indonesia.
Saya mengakui bahwa pernyataan membawa kebenaran. Saya sendiri mengubah Profile Picture saya dengan Background bendera Prancis. Bukan menganak tirikan kejadian-kejadian seperti di Palestina, Beirut, Suriah dan tempat lainnya. Akan tetapi kejadian di Prancis ini telah membuktikan satu hal kepada saya, bahwa tidak ada satu tempat pun di dunia ini yang bisa dikatakan aman selama pemikiran-pemikiran Teroris (siapa pun mereka) masih berkembang. (baca lebih lanjut tulisan saya di http://yannezt.blogspot.co.id/2015/11/apa-yang-terjadi-di-paris-apa-itu-benar.html)

Dan juga kejadian ini merupakan kejadian terkacau di Prancis setelah perang dunia kedua. Sedangkan apa yang terjadi di Timur Tengah merupakan konflik berkepanjangan. Dan mungkin juga, saat pertama kali terjadi konflik di Timur tengah jutaan netizen juga menaruh simpatik kesana. Sama halnya apabila (semoga tidak) Prancis mengalami hal ini terus menerus. Maka rasa simpatik itu juga semakin memudar. Saya bukan membenarkan pudarnya rasa simpatik terhadap konflik yang belum selesai, tapi itulah sifat dasar manusia.

Mengenai pernyataan para Nasionalis Netizen ini adalah hal yang sangat menggelitik bagi saya. Lalu dibenak saya muncul pertanyaan kepada mereka yang mengeluarkan argumen ini.
"Sudah seberapa besar tindakan dia terhadap masalah kabut asap ini sehingga dia menjudge orang tidak peduli akan masalah asap tersebut?" (LOL)
Saya peduli masalah asap di Indonesia. Kalau boleh jujur, saya tidak melakukan tindakan nyata untuk mengatasi masalah asap di Indonesia ini. Yang saya bisa lakukan hanya lah berdoa, karena saya yakin akan kekuatan Doa. Bukan saya tidak peduli, tapi saya tidak bisa ke sumber asap disana karena saya sedang kuliah saat ini (Semester 7). So, situ udah ngelakuin ape sampe judge kita gitu?
Dan juga, kita jangan lah membatasi kepedulian setiap orang. Kepedulian setiap orang itu muncul dengan tiba-tiba dan tidak bisa dijelaskan secara nalar.
Dan argumen saya terakhir yang menjadi senjata penutup saya adalah
"Apakah kita harus menutup simpatik kepada orang lain saat kita sendiri juga perlu simpatik orang lain?"
"Apakah kita ga bisa peduli terhadap orang lain saat kita mengalami masalah juga?"

Thats a Big ?
Terimakasih :* -Yannes-