-Kali ini saya akan mereview salah satu dari buku Karen Armstrong yang terkenal dengan semua bukunya yang berhubungan dengan Agama dan Tuhan. Kebetulan saya telah selesai membaca buku ini dan sedikit mereview buku ini-
Buku ini merupakan satu dari beberapa buku yang ditulis oleh
Karen Armstrong. Mengenai Perang Suci atau yang sering dikenal sebagai perang
salib sebenarnya telah banyak di tulis dan dibahas di berbagai buku dan berbagai
penulis terkait mengenai hal ini. Dalam buku ini kita dapat melihat bahwa
penulis merupakan orang yang kualifikasi dalam menuliskan hal-hal yang
berhubungan dengan kejadian yang terkait dengan tiga agama samawi ini. Mengenai
agama Kristen, penulis dulunya merupakan seorang biarawati katholik sehingga
dalam menuliskan hal-hal tentang Kristen dengan sangat baik . mengenai agama
Islam dan Yahudi, penulis mendalami kedua agama ini dengan sangat baik dengan
langsung melakukan pendekatan terhadap kedua agama ini. Terkhusus agama Islam,
penulis melakukan pendekatan dengan cara yang berbeda. Penulis dalam buku ini
dapat dilihat sangat memahami Islam. Pemahaman penulis tentang ketiga agama ini
terkhusus agama Islam telah membuat buku tentang perang suci atau perang salib
ini berbeda dengan buku lain yang terkait dengan hal yang sama. Pendalaman
terhadap agama Islam yang sangat luar biasa telah berdampak pada bagaimana
Karen Armstrong membawa arah penulisan buku ini.
Yang membuat berbeda adalah Karen
Armstrong membawa “visi tiga sisi” dalam buku ini. Visi tiga sisi sendiri
merupakan gambaran tiga pihak yang turut dalam perang suci atau yang sering
kita dengar sebagai perang salib. Tiga Sisi tersebut yaitu Kristen, Yahudi dan
Islam. Buku ini ditulis dengan struktur yang sangat jelas mengenai kejadian
perang suci atau perang salib ini. Dimulai dari cerita sebelum kejadian perang
suci , pada saat perang suci dan dampak setelah kejadian perang suci itu
sendiri. Dan pada bagian terakhir buku ini berisikan epilog yang menjelaskan
visi tiga sisi yang dibawa oleh penulis. Jika dilihat sekilas kata visi tiga
sisi yang dibawakan penulis maka kita dapat menyimpulkan bahwa penulis akan
membawakan topik perang suci ini dengan objektif tanpa memihak terhadap salah
satu dari tiga agama yang terkait dalam konflik ini. Namun, apabila dibaca
keseluruhan buku ini Karen Armstrong cenderung memihak kepada satu golongan tertentu
yang terlihat dari hampir semua bab pada buku ini. Bahkan pada
kesimpulan/epilog sendiri penulis memiliki beberapa cerita yang bersifat
menjatuhkan salah satu golongan ini. Yang mana penulis telah menceritakan
keburukan serta kebencian orang yahudi ketika mendengar kumandang adzan di
depan makan suci. Penulis telah menuliskan sebuah kebencian yang mendarah daging
dalam darah orang Yahudi yang terancam dengan kehadiran Islam di Israel dengan
adanya adzan tersebut. Dan pada epilog
ini juga penulis menuliskan bagaimana setiap ordo dalam Kristen mengalami
percekcokan antar sesama ordo di dalam Kristen sendiri. Keberpihakan penulis
sangat telihat jelas. Pada bab-bab awal sebenarnya maksud dari penulis
sebenarnya sudah mulai terlihat dengan menyalahkan barat akan segala
sesuatunya.
Dalam buku ini dapat terlihat
bahwa penulis banyak menuliskan secara subjektif dari perasaan penulis. Yang
mana penulis menduga dan menilai berdasarkan sudut pandang yang dia bawa.
Sehingga penting melihat sudut pandang pemikiran dari penulis yang merupakan
mantan seorang biarawati pada tahun 1962-1969 yang akhirnya meninggalkan biara
untuk melanjutkan kuliah di Oxford.
Masuknya penulis menjadi seorang biarawati merupakan paksaan keluarga
karena merupakan tradisi keluarga penulis. Karena merasa tertekan dan memang
pada awalnya tidak ingin menjadi biarawati karena menjadi seorang biarawati merupakan
sebuah panggilan dan perlu komitmen yang luar biasa akhirnya penulis memutuskan
keluar dari biara. Keluarnya Karen Armstrong dari biarawati membawa penulis
memperdalam agama samawi lainnya yaitu Islam dan Yahudi. Pendalaman dan
pembelajaran terhadap kedua agama ini telah membuat Karen Armstrong aktif dalam
penelitian sejarah ketiga agama yang membuat Karen Armstrong sering dipanggil
menjadi pembicara dalam kegiatan yang melibatkan ketiga agama ini. Akan tetapi
pendalaman yang lebih dilakukan Karen Armstrong terhadap salah satu agama yaitu
Islam. Pendalaman ini dapat dilihat dari buku-buku yang ditulis oleh Karen
Armstrong yang lain. Dari beberapa buku yang ditulis oleh Karen Armstrong,
banyak buku yang menuliskan tentang Islam secara terperinci seperti buku
“Muhammad” dan buku lainnya. Keputusan
Karen Armstrong untuk keluar dari Katholik dan memperdalam serta mempelajari
Islam telah membawa arah pemikiran dari buku ini sendiri. Sehingga buku ini bersifat subjektif dari
Karen Armstrong yang banyak memuat propaganda terhadap barat dan menuding barat
dan menuntut barat untuk meminta maaf. Penulisan buku tentang perang salib yang
tidak seimbang ini dapat dilihat dari setiap kali Karen Armstrong menjatuhkan
pihak tertentu dan menaikkan salah satu pihak serta menganggap segala kesalahan
mutlak itu berada dari satu pihak. Yang mana walaupun pihak yang satu salah
seharusnya Karen Armstrong menuliskannya dan menyertakan alasan mengapa pihak
tersebut melakukan hal tersebut sehingga terlihat bahwa hal itu dilihat dari
ketiga sisi seperti hal yang dibawakan oleh Karen Armstrong yaitu visi tiga
sisi.
Dalam hal ini, isi dari buku ini
tidak merupakan hal yang salah, karena Karen Armstrong telah melakukan
penelitian dan terjun langsung ke lokasi untuk menuliskan hal ini. Yang menjadi
salah adalah saat Karen Armstrong membawakan sebuah cerita dengan membawa visi
tiga sisi yang seharusnya bersifat adil dan objektif dengan betul-betul melihat
dari ketiga sisi tersebut. Misalkan saat Paus Urban II mencetuskan Perang salib
untuk pertama kali, seharusnya Karen Armstrong menuliskannya dengan melihat
posisi dari sudut pandang Paus Urban II dan masyarakat Eropa pada saat itu. Dan
saat Islam diserang dengan adanya Perang Salib, Karen Armstrong sangat baik
menjelaskan sudut pandang yang benar-benar dari sudut pandang Islam sendiri.
Dan untuk Yahudi dalam cerita ini lebih banyak menjadi sampingan bagi konflik
kedua agama ini pada saat perang salib. Akan tetapi dalam penulisannya Karen
Armstrong cenderung menjatuhkan Paus Urban II atau Eropa atau Kristen sebagai
dalang Perang Salib tanpa memperhatikan alasan dari mereka.
Sebenarnya, tidak salah apabila
Karen Armstrong menulis sebuah buku secara subjektif atau dengan lebih melihat
dari sudut pandang Islam. Akan tetapi, Buku ini telah membuat pembaca salah
paham karena pada awalnya pembaca akan menganggap buku ini dapat dijadikan
acuan secarah dan pembelajaran karena visi tiga sisi ini yang dinilai oleh
pembaca bahwa buku ini akan ditulis secara objektif tanpa mempertimbangkan
perasaan Karen Armstrong sendiri. Seharusnya Karen Armstrong apabila lebih
menjelaskan bahwa buku ini berdasarkan prespektif Islam sehingga pembaca tidak
terkecoh. Sama halnya seperti buku “Perang Salib” yang dituliskan oleh Carole
Hillenbrand yang mana Carole Hillenbrand di sampul bukunya langsung menuliskan
bahwa buku tersebut dari prespektif Islam sehingga sebelum membaca buku
tersebut pembaca sudah mengerti alur cerita dan maksud dari Carole Hillenbrand.
Dan melihat isinya memanglah buku tersebut benar-benar dari sudut agama Islam.
Tidak seperti buku ini yang telah mengecoh pembacanya.