Salam Indonesia Raya..
Menghadapi kisruh yang terjadi seputar Ahok dan surat Al-Maidah yang sedang panas di Indonesia saat ini, saya berkeinginan untuk sedikit mengulik mengenai kisruh ini. Tapi sebelum kita masuk kedalam itu sebaiknya kita mengetahui hal ini lebih dahulu.
Indonesia sebagai
negara yang berada dijalur perdagangan internasional sejak jaman dahulu hingga
sekarang telah menimbulkan sebuah pertemuan budaya yang sangat kaya di
Nusantara. Bukan hanya budaya yang berbeda yang dibawa oleh para pedagang jaman
dahulu, agama juga tidak lepas dibawa oleh para pedagang yang datang ke
Indonesia. Akhirnya pada saat ini ada sekitar 1.340 suku di Indonesia dan 6
agama yang diakui (resmi) dan puluhan kepercayaan setempat lainnya.
Tidak ada yang
meragukan ke majemukan negara Indonesia. Tapi apakah Indonesia mampu menjadikan
kemajemukan itu sebagai senjata atau keuntungan? Ternyata kemajemukan Indonesia
masih sering terkena goncangan dan gesekan dimana-mana. Gesekan antar suku
masih sering terjadi khususnya di daerah yang masih kuat dengan adatnya seperti
Papua dan Kalimantan. Tapi gesekan antar suku tak sebesar gesekan atau
goncangan yang terjadi dengan kemajemukan di bidang agama di Indonesia.
Pada dasarnya goncangan
yang terjadi adalah akibat beberapa kepentingan politis bukanlah akibat
perbedaan keyakinan dan ajaran. Inilah yang mewarnai kemajemukan agama di
Indonesia. Saat agama dijadikan sebuah senjata politis yang dapat digunakan
untuk menjatuhkan satu dengan yang lain. Agama juga sering dijadikan tameng
untuk berbuat anarkis seolah agama membenarkan hal tersebut. Padahal pada
dasarnya agama mengajarkan sebuah kebaikan dan kedamaian abadi. Tidak peduli
agama apapun itu pada dasarnya mengajarkan kedamaian antar manusia. Tapi bumbu
politis telah menodai sebuah perdamaian antar umat beragama saat ini. Demi
kepentingan politik, rakyat Indonesia disajikan dengan sebuah bumbu agama yang
bertujuan untuk menjadi senjata agar tujuan politisnya tercapai. Ini yang
sering disebut provokasi dengan unsur agama.
Orang Indonesia adalah
orang yang sangat beragama, tapi kadang pengetahuan agama pada orang Indonesia
masih terlalu sempit. Pengetahuannya yang sempit itu sering dimanfaatkan para
politisi atau pihak tidak bertanggung jawab untuk mengadu domba masyarakat.
Tapi sebenarnya, Hal ini tidak akan terjadi apabila pengetahuan agama di
Indonesia diperdalam lagi untuk mencegah tingkah munculnya haji-haji atau
pendeta-pendeta dadakan dengan pengetahuan sempit saat adanya sebuah isu yang
ditampilkan. Haji-haji atau pendeta-pendeta dengan pengetahuan sempit ini lah
yang menjadi tujuan pihak tidak bertanggung jawab untuk di panasi. Akibatnya,
pengetahuan mereka tentang agama yang sempit langsung gampang dipanasi. Bahkan
mereka langsung bertindak seolah mereka adalah seorang haji atau pendeta dengan
pengetahuan agama yang luas. Mereka akan saling menghina, menghakimi bahkan
menghujat satu sama lain merasa mereka adalah benar tanpa mendalami lebih
dahulu mengenai apa yang disebarkan tersebut.
Itulah yang terjadi dengan
“SBY” pihak yang menyebarkan video Ahok di kepulauan seribu yang menyebarkan
video 31 detik dari 1 jam lebih video sebenarnya. Saat “SBY” ini diwawancarai
dia mengaku bahwa dia tidak memotong video tersebut tapi menyebarkannya
langsung dari lini masa nya apa adanya. “SBY” ini adalah seorang dosen dan mengaku sebagai pengamat dan peneliti. Seharusnya
seorang pengamat dan peneliti tidak dengan mudah menshare sebuah video yang
setengah setengah. Apabila dia tidak tau itu setengah-setengah, seharusnya dia
mencari tahu dulu dimana video utuhnya itulah gaya berpikir sebuah pengamat
atau peneliti. Tapi si “SBY“ tanpa mencari tahu langsung menshare video
tersebut dan menambahi kata-kata pedas pada caption nya. Diluar apapun niat
dari “SBY“ ini, dia telah melakukan sebuah tindakan yang keliru sebagai seorang
pengamat dan peneliti apalagi mantan jurnalis walaupun video tersebut memiliki
nilai jurnalistik tinggi apabila di pelintir sedikit. Nasi telah menjadi bubur,
apa yang di share oleh “SBY“ ini telah memanasi masyarakat Indonesia. Kita
masih belum membahas benar tidaknya video tersebut, masih membahas pihak
penyebar info yang memanasi keadaan di Indonesia ini. Tindakan “SBY“ ini
menurut saya adalah sangat keliru dan sangat bodoh sebagai seorang pengamat
atau mantan jurnalis.
Mengenai isi video, saya tidak mau menafsirkan surat Al-Maidah ayat 51 ini
walaupun saya telah menonton beberapa video mengenai tafsir ayat ini dan juga
perdebatan beberapa ulama. Yang intinya, mengenai tafsir ini masih banyak
perbedaan antar umat Islam sendiri. Jadi saya yang berada diluar itu tidak
berani menafsirkannya. Tapi, dari video yang saya tonton yang paling masuk akal
menurut saya adalah tafsir dari bapak Quraish Shihab (Bisa ditonton di
Youtube). Sebagai orang yang berada diluar agama Islam, saya pribadi tidak
ingin menafsirkan ayat agama lain sementara dalam agama saya sendiri juga ada
banyak tafsir. Dan saya tidak ingin mencampuri urusan
tafsir agama lain apalagi saya tidak mengerti bahasa Arab.
Untuk itu, saya merasa
kata-kata dari pak Ahok pada dasarnya sebuah kelancangan tapi benar adanya. Kenapa
saya katakan lancang? Karena seperti yang saya katakan sebelumnya. Saya
apabila berada diluar agama Islam saya tidak berhak berkata tafsiran tentang
agama Islam karena ilmu saya tidak sampai kesana. Dan pada posisinya, Pak Ahok
adalah seorang Non Muslim (Kristen) dengan menyebut sebuah ayat yang memang
dalam agama Islam sendiri multitafsir yaitu surat Al-Maidah ayat 51 adalah
sebuah kelancangan dalam beragama. Akan tetapi apa yang dikatakan pak Ahok
adalah berdasarkan keadaan social saat ini yang terjadi dalam ranah kepentingan
Pak Ahok sendiri menjelang pilkada. Benar adanya, bahwa ada pihak-pihak tertentu yang
menggunakan surat Al-Maidah ayat 51 untuk menjauhkan Ahok dari pemilihnya.
Bukan menggunakan sebuah ayat yang suci yang turun dari Allah untuk mengajarkan
iman sesama tapi untuk kepentingan politik. Inilah hal yang saya katakan sebelumnya
menggunakan agama sebagai alat berpolitik.
Mengenai unsur kalimat yang diucapkan oleh Pak Ahok. Kata "di bohongi pakai
surat Al-Maidah 51“ kita ambil contoh sederhana saja. “Saya membohongi dia
menggunakan Alkitab“. Lalu siapakah yang berbohong? Saya atau Alkitabnya? Inilah
yang ditekankan disini, yang bohong adalah orang yang menggunakan surat
Al-Maidah tersebut bukanlah Al-Maidah nya sendiri. Dalam sejarah Adam dan Hawa,
Iblis menggunakan ayat-ayat Allah untuk membujuk Hawa agar memakan buah larangan
Allah. Iblis disini menggunakan ayat-ayat atau firman Allah untuk menyesatkan. Apakah
yang salah firmannya atau iblisnya? Tentu yang salah adalah Iblisnya bukan
firmannya. Jadi memang sering sekali Firman atau Ayat Allah disalah artikan
oleh kita manusia dan digunakan untuk menyesatkan yang lainnya. Inilah yang
menurut saya ditekan kan pada kalimat dari Pak Ahok tersebut.
Seperti yang dikatakan oleh bapak Nusron Wahid dalam ILC edisi “Setelah
Ahok minta maaf“ bahwa yang paling mengerti Alkitab ataupun Al-Quran adalah
Allah sendiri. Kita manusia sering menafsirkannya dengan salah. Itulah
pentingnya mempelajari agama lebih dalam lagi, jangan menjadi seorang agama
yang hanya di KTP tapi saat ada isu agama semua berubah menjadi Haji-haji dan
pendeta-pendeta dadakan. Seperti contoh kasus saat Agnes Monica (Agnezmo)
melakukan konser dengan menggunakan baju dengan tulisan Arab. Langsung saja
media sosial Indonesia heboh tidak karuan menyatakan bahwa itu penistaan agama
dengan menuliskan tulisan Arab dibawah pinggang dll. Padalah tulisan Arab
tersebut berarti “United“. Itulah contoh masih kerdilnya pengetahuan agama di
Indonesia yang akan selalu menjadi ladang bagi pihak-pihak tidak bertanggung
jawab untuk memanennya untuk kepentingan mereka.
Demikian seputar pandangan saya akan kisruh yang terjadi terkait tanggapan
Pak Ahok dengan surat Al-Maidah 51. Apabila ingin berpendapat diharapkan sopan
dan tidak rasis. Saya menerima segala kritikan. Saya juga tidak lepas dari
kekhilafan dan kesalahan sebagai manusia. Karena hanya Allah lah yang sempurna.
Terima kasih
No comments:
Post a Comment