Wednesday, December 14, 2016

JIKA SAYA ADALAH AHOK, SAYA AKAN MUNDUR

Ya,  jika saya adalah ahok saya akan mundur.  Mundur dari gubernur DKI Jakarta serta mundur dari calon gubernur. 

Melihat segala hal yang telah menimpa Ahok, mulai dari agamanya yang diusik pada pilkada 2012 saat masih menjadi wakil gubernur hingga kasus yang menimpa dia saat ini yaitu dugaan penistaan agama. 

Dari awal Ahok menjadi wakil gubernur yang berpasangan dengan Jokowi telah banyak mengalami penolakan demi penolakan.  Awal penolakannya adalah karena agama yang dianut olehnya.  Sebelum orang mengenal Ahok yang keras,  orang lebih dahulu menolak dia karena agama.  Hal ini perlu digaris bawahi. Jadi alasan pertama orang menolak dia adalah karena agamanya. 

Lalu setelah mereka (Jokowi dan Ahok)  memenangkan pilkada. Sosok Ahok semakin menjadi sorotan publik karena gaya bahasanya yang terkesan kasar bagi sebagian orang.  Bahasanya yang kasar tersebut ditujukan kepada pihak pihak yang sesuai dengan visi Ahok yang ingin merapikan birokrasi Jakarta.  Sehingga pihak pihak yang pada awalnya tidak menyukai Ahok dikarenakan agamanya akan melihat karakter ini sebagai penambah kebencian mereka terhadap Ahok. 

Kebencian ini semakin bertambah ketika Jokowi mencalonkan diri menjadi Presiden RI yang mana otomatis apabila Jokowi menang dalam pilkada maka Ahok akan menjadi gubernur DKI Jakarta. Bagi yang membenci Ahok diawal tadi mereka akan melakukan banyak cara untuk mencegah hal itu terjadi.  Salah satunya adalah dengan mencegah kemenangan Jokowi pada pilpres tersebut.  Sebagian besar yang membenci Ahok akan mulai menyerang Jokowi dengan kampanye kampanye yang menjatuhkan. Mulai mengatakan bahwa Jokowi adalah pro komunis,  orang Kristen bahkan bukan WNI.  Serangan kampanye tersebut salah satunya untuk mencegah Jokowi memangkan pilpres dan Ahok menjadi gubernur. 

Tapi memang kuasa manusia tidak lebih hebat dari kuasa Yang Maha Esa. Jokowi akhirnya memenangkan pilpres dan menjadi Presiden RI ke 7. Dibalik itu,  Ahok akan naik menjadi orang nomor 1 di DKI Jakarta.

Naiknya Ahok menjadi Gubernur DKI Jakarta membuat pembenci awal Ahok semakin panas. Banyak cara yang dilakukan untuk menjatuhkan Ahok dari pucuk pimpinan DKI Jakarta.  Salah satunya adalah dengan menggerakkan ormas keagamaan yang membawa isu SARA jadi topik utamanya.  Agama menjadi dasar mereka menolak Ahok,  bahkan membuat sebuah gubernur tandingan.  Sebuah pemikiran revolusioner dari ormas tersebut akan tetapi sangat lucu karena tidak pada tempatnya. 

Setelah masalah SARA dinilai tidak ampuh.  Para pembencinya mulai mengeluarkan isu ke arogan an Ahok dalam hal berbicara.  Isu ini dibawa oleh ormas yang sama namun kali ini mendapat dukungan dari petinggi DPRD DKI Jakarta.

Hal ini bermula ketika RAPBD DKI Jakarta yang diusulkan oleh DPRD ditolak bahkan dicoret oleh Ahok.  Bahkan RAPBD tersebut dicoret dan ditulis kata-kata yang keras (pemahaman nenekmu) dalam kertas rancangan tersebut.  Karena menurut beliau banyak dana siluman pada rancangan tersebut yang mana sebesar 8.8 Triliun tidak jelas peruntukannya.  Termasuk dana UPS ke sekolah sekolah yang dinilai tidak masuk akal sehingga Ahok membuat kata-kata (Pemahaman nenekmu)  pada rancangannya.

Akhirnya,  mayoritas  DPRD DKI Jakarta menjadi lawan baru dari Ahok. Hal ini dapat dilihat pada rapat paripurna dengan Pemkot DKI dengan  DPRD diwarnai kericuhan bahkan cacian dan kata kata yang membawa kebun binatang keluar dari para wakil rakyat tersebut.

semakin bertambahnya lawan Ahok semakin membuat kepemimpinannya mulai diganggu lagi. Kali ini ormas keagamaan tersebut tidak sendirian,  kini mereka mendapat bantuan dari beberapa DPRD DKI Jakarta tapi masih membawa isu yang sama yaitu SARA dan Sikap Ahok.

Tidak sampai disitu saja tantangan ahok.  Ketika Ahok mengeluarkan statement yang menyatakan bahwa Ahok akan mencalonkan diri kembali menjadi gubernur DKI Jakarta dan memutuskan keluar dari partai politik karena syarat uang partai yang besar dari sebuah partai politik sangat besar. Ahok menilai bahwa untuk mencalonkan diri dari partai politik harua memberikan mahar yang besar bagi partai yang mana mahar besar tersebut apabila terpilih akan berusaha diganti calon terpilih selama memimpin.  Hal ini yang mengakibatkan pemimpin akan korupsi untuk mengganti uang mahar tersebut.

Pendapat Ahok ini telah memicu bertambahnya musuh dari Ahok yaitu dari partai pendukungnya di Pilkada sebelumnya. Bahkan petinggi partai tersebut yang juga merupakan wakil ketua DPR RI menjadi sosok lawan dari Ahok. Perang argumen antara Ahok dan para petinggi partai tesebut semakin memanas.

Tidak hanya satu partai yang melawan Ahok,  namun ada beberapa partai yang mana partai tersebut membuat koalisi untuk melawan Ahok.

Keputusan Ahok yang maju menjadi calon independen dinilai sebagai langkah besar dalam demokrasi.  Banyak mendukung banyak juga menolak.  Pendukungnya bahkan membuat sebuah Teman ahok dan para penentangnya membuat Lawan ahok.  Syarat 750.000 KTP harus dipenuhi oleh seorang calon independen.  Sehingga "Teman Ahok" sebagai pendukung Ahok harus mengumpulkan KTP tersebut.  Setelah proses yang panjang pengumpulan KTP akhirnya hampir mencapai target.  Tapi tantangannya muncul lagi ketika KPU mengeluarkan syarat baru terhadap calon independen.  Yang mana dengan syarat tersebut "Teman Ahok" harus mengulang dari awal pengumpulan KTP nya. 
Setelah beberapa bulan pengumpulan KTP hampir mencapai 1 juta KTP. 
Namun, Ahok memutuskan mencalonkan diri dari partai politik dikarenakan menurut beliau pencalonannya dari independen akan membuat dia gampang dijatuhkan mulai dari syarat syarat hingga proses pemilihan.

Keputusan Ahok mencalonkan diri dari partai politik lagi telah menimbulkan senjata baru bagi pembencinya.  Kali ini tindakan tersebut dianggap sebagai inkonsistensi dari Ahok sendiri. 
Selama menjadi gubernur DKI jakarta banyak program yang telah dilaksanankan oleh Ahok. Tapi ada satu yang yang sering digunakan lawan lawannya untuk menjatuhkan ahok yaitu program revitalisasi sungai jakarta.  Yang mana dalam program teraebut pemkot berusaha mensterilkan daerah resapan air dan juga pinggir sungai.  Dalam program ini,  mau tidak mau harus memindahkan para warga yang tinggal di pinggiran sungai. Bukan tanpa solusi,  pemkot menyediakan ribuan rumah susun setara apartemen bagi warga yang terkena relokasi. Akan tetapi pembencinya menganggap ini merupakan tindakan tidak pro rakyat kecil dengan menggusur warga tanpa ampun.

Tidak sampai disitu saja.  Puncaknya adalah ketika Ahok mengunjungi kampung nelayan di Kep. seribu. Yang mana saat Ahok berpidato disana yang mana dari ratusan kalimat yang diucapkan Ahok "menyempil" kalimat yang menyinggung salah satu ayat Al-Quran yaitu Al-Maidah 51 (Baca analisis tentang Kata-kata Ahok terkait Al-Maidah 51). Yang mana pada saat hal itu diutarakn langsunh di kepulauan seribu para nelayan yang menyaksikan juga ikut tertawa tanpa ada yang tersinggung.  Akan tetapi setelah dua minggu berselang muncul sosok pengupload yang telah diperkecil dari video aslinya dengan menambahkan kalimat provokasi di laman facebook nya.  Sosok yang sekarang menjadi tersangka juga terkait pengunggahan video tersebut.

Setelah hasil unggahan orang tersebut menjadi viral di media sosial.  Jutaan tanggapan muncul atas video tersebut.  Dugaan terjadinya penistaan terhadap agama dan ulama semakin besar di media sosial.  Puncaknya adalah ajakan untuk berdemo besar pada 4 november 2016 (bela Islam Jilid 1). Demo yang menekan pemerintah dan kepolisian untuk menetapkan Ahok sebagai tersangka.  Akhirnya 2 minggu setelah demo Ahok ditetapkan sebagai tersangka.  Tidak selesai disitu saja,  penetapan tersangka Ahok yang tidak diikuti dengan penahanan dianggap tidak adil dan memihak.  Padahal sat itu polisi sudah menjelaskan alasan dari pada tidak adanya penahanan terhadap tersangka Ahok.

Tidak adanya penahanan terhadap Ahok dianggap sebagai tindakan yang tidak adil. Mereka menganggap seorang tersangka harusnya ditahan dan tidak dibiarkan bebas berkampanye (masa kampanye pilkada DKI Jakarta). Hal ini merupakan upaya menjegal Ahok agar Ahok tidak dapat mencalonkan diri sebagai gubernur.  Padahal status tersangka tidak akan membuat pencalonan Ahok batal.  Hanya status terdakwa (berkekuatan hukum tetap / setelah diputuskan bersalah) yang mampu menggugurkan pencalonan Ahok tersebut.  Pendesakan penahanan juga dinilai sebagai upaya agar Ahok tidak kampanye sehingga dia kalah dalam Pilkada ini.

Ketidakpuasan tersebut telah memunculkan aksi bela Islam jilid 2 pada 2 desember 2016 yang pada awalnya dipromotori oleh ormas keagamaan yang menyerukan beberapa cacian dalam demonya di Aksi bela Islam jilid 1.
Setelah dilakukan mediasi dengan kepolisian akhirnya para pendemo 212 sepakat hanya melakukan Shalat Jumat bersama di monas dan sekitarnya. Sehingga agenda nya dirubah menjadi bukan demo melainkan berdoa bersama dengan hastag aksi super damai.
Sebelum aksi tersebut berlangsung berkas perkara Ahok suda P21 (lengkap)  sehingga dilimpahkan ke kejaksaan untuk dilakikan persidangan.  Yang mana pada 13 desember kemarin adalah persidangan pertama (baca https://yannezt.blogspot.co.id/2016/12/pro-kontra-air-mata-ahok-di-dunia-maya.html?m=1 )

Banyak lawan politik yang siap menjegal pencalonan diri Ahok mulai dari Ormas keagamaan, sebagian anggota DPRD DKI Jakarta, para kandidat calon gubernur serta beberapa partai politik. Pilkada yang harusnya bertanding program bukanlah bertanding isu negatif.  Hal ini sudah membuat warga jakarta semakin cerdas dan selektif memilih calon pemimpin mereka. Mana yang hanya mengandalkan isu negatif dan mana yang mengandalkan program nyata.

Akan tetapi jika melihat apa yang dilalui oleh Ahok, jika saya adalah Ahok maka saya akan mengundurkan diri saya dari Gubernur DKI Jakarta sekaligus dari calon gubernur. Melihat apa yang dilalui oleh Ahok yang bahkan sampai agamanya diusik. Agama yang harusnya menjadi hubungan pribadi antara kita dan pencipta kini menjadi bahan serangan dan ikut diusik demi kepentingan politik.

Ya,  jika saya adalah Ahok maka saya akan mundur.  Coba anda bayangkan bagaimana anda berusaha keras untuk memperbaiki kebobrokan birokrasi Jakarta terdahulu menjadi lebih baik seperti saat ini. Bagaimana sungai sungai jakarta terdahulu yang mendapat predikat sebagai sungai paling kotor di dunia telah berubah menjadi saat ini.  Bagaimana semakin banyaknya ruang terbuka hijau dijakarta yang dahulu hanya mimpi saja. Usaha keras saya (apabila saya Ahok) yang saya lakukan untuk kemajuan seluruh masyarakat Jakarta tidak dipandang sama sekali karena agama saya.

Sekali lagi,  jika saya adalah Ahok saya akan mundur dari gubernur DKI Jakarta.  Biarkan mereka memimpin Jakarta dan lihat bagaimana perbedaannya.  Saya sudah muak keyakinan dan kehidupan pribadi saya diusik.  Padahal apa yang saya lakukan adalah demi kebaikan bersama. Semua sudah dapat melihat apa yang saya lakukan untuk Jakarta. 
Pencalonan diri saya kembali telah membuat masalah semakin banyak datang. Apa yang seharusnya tidak menjadi masalah kita jadi masalah.  Bahkan saat ini saya terancam di penjara. Saya muak berbuat baik tapi dianggap jahat. Saya akan berkata bodo amat sama kalian semua,  saya sudah punya banyak harta dan saya bisa pergi kemana-mana dengan tenang. Saya bosan kehidupan pribadi saya diusik dan dipermasalahkan. Biar jakarta kembali ke keadaan semula biar kalian sadar akan apa yang saya sudah lakukan sebelumnya. 

Itu adalah ungkapan saya apabila saya adalah Ahok.
Tapi saya tahu Ahok bukan lah saya,  Ahok adalah orang yang tidak gampang menyerah.  Dia akan berjuang untuk segala yang dia yakini.  Dia tidak peduli seberapa banyak lawan yang dia hadapi selama yang dia yakini adalah sebuah kebenaran.  Untung saya bukan Ahok dan saya masih berusaha menjadi seperti beliau.

Ini hanya sebuah tulisan tanpa niat memperkeruh permasalahan yang ada.  Tulisan ini murni pendapat saya tentang Ahok. Bukan karena agama Ahok yang dia anut,  melainkan sikap daripada beliau. Saya yakin banyak yang membenci beliau,  tapi saya hanya melihat dari keteguhan hati beliau yang tidak bisa saya tiru saat ini. 
Saya juga mengagumi banyak orang termasuk B.J Habibie ,Gus Dur  dan Quraisy Shihab.
Agama hanya urusan pribadi kita dengan Pencipta. Allah menciptakan dunia dengan perbedaan dan kita harus menerimanya.  Jika kita tidak menerimanya,  maka anda sudah menolak Allah itu sendiri.

Jika anda adalah Ahok,  apa yang anda lakukan?

No comments:

Post a Comment